Guru, Nasibmu kini.....

Saat Penanggalan Masehi berhenti di bulan Nopember dan menunjuk tanggal 25, sudah dipastikan akan terjadi keriuhan,luapan bahagia para insan pendidik di belahan bumi nusantara. Ya..... Para guru memang boleh berbangga hati, karena keberadaanya dikenang, dirayakan setiap tahunnya. Ini juga bisa dikatakan bukti eksistensi guru diantara profesi lainnya. Namun, Kebanggaan tersebut apakah sudah sejalan dengan kesejahteraan mereka ? 

Kita bisa pandai#Menulis dan membaca#karna siapa....

Penggalan lagu diatas mungkin akrab ditelinga kita. Capaian kesuksesan yang kita raih saat ini tak bisa terlepas dari tangan dingin para guru. Merekalah yang diawal masa pertumbuhan otak kita membimbing dan mengarahkan kita. Menambah pundi-pundi ilmu pengetahuan dalam memori kita. 

Berbilang tahun kemudian, saat kita berhasil meraih cita, coba kita lihat sebentar keseharian mereka. Apakah kesejahteraan yang selama ini mereka perjuangkan tercapai ? Walaupun tidak sedikit yang mampu hidup makmur, tapi tak sedikit pula yang masih hidup "apa adanya"

Ironisnya, jumlah mereka yang kurang sejahtera justru paling banyak. Melihat perjuangan mereka, sungguh tak pantas jika harus menghadapi sebuah realita, hidup yang tak kunjung makmur. Kebanggaan hanya sebatas sebutan "Pahlawan Tanda Jasa"

Para guru boleh berlega hati melihat kondisi sekarang. Dengan di tunjang mendapat bantuan dari pemerintah (Tunjangan Fungsional Guru), adanya program sertifikasi yang tidak hanya ditujukan oleh guru negeri dan program-program lainnya, tapi tetap saja ada tanda tanya yang amat besar yang selalu mengintai kesejahteraan mereka. Selama ini pemerintah memberi solusi hanya sebatas membuka kesempatan CPNS. Kesejahteraan guru swasta seakan tidak menjadi prioritas. 

Hal ini diperparah dengan sistem dan manajemen yang tidak matang dari Instansi terkait. Program yang tidak terstruktur alias "mendadak" masih menghiasi wajah Dinas Pendidikan. Kita tentu akrab dengan istilah "TUNG-TUNG BRUK". 

Dengan sistem dan manajemen yang belum dikelola secara full profesional, masih ditambah dengan sikap minus para oknum pejabatnya. Tunjangan Fungsional Guru yang senantiasa di "sunat", setoran yang harus diberi tiap kali membawa laporan (Laporan Bulanan, Laporan Tengah Tahun, Laporan DPU, dll), merupakan contoh kecil sikap yang masih jauh dari profesional. Sebuah wabah yang telah mengglobal di bumi Indonesia tercinta ini. Amat sulit menemukan para pejabat yang bekerja dengan hati dan selalu membingkai setiap karyanya dengan sikap ikhlas.

Tapi, apapun kondisi di lapangan, saya yakin rekan-rekan guru tetap semangat dalam melakukan proses belajar mengajar. Moga keikhlasan kita untuk mentransfer ilmu kepada anak didik membuahkan hasil yang luar biasa. Terciptanya generasi masa depan yang terdidik akhlaknya dan terjaga kompetensinya.

Selamat Hari Guru, Tetap semangat wahai insan pendidik bangsa !!!!

Posting Komentar

0 Komentar