Bertengkar Membuat Bahagia?



Tak bisa dipungkiri, pertengkaran dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang tak dapat dihindarkan. Berharap setelah menikah semua baik-baik saja tanpa ada pertengkaran dan masalah, sama saja mengharapkan hujan salju di bumi Indonesia. Mungkin? Ya nggaklah...

Pasti kita sepakat, dua insan yang mengikat janji setia dalam pernikahan, tentu memiliki persepsi yang sama tentang pernikahan itu sendiri. Benar ya?

Dalam beberapa hal benar. Menyatukan dua hati, menambah ikatan silaturrahim antar dua keluarga, memiliki keturunan, adalah sebagian persepsi kita tentang hakikat pernikahan. Sayangnya kita sedikit abai, jika pernikahan itu nyatanya menyatukan dua hati yang ‘berbeda karakter’.

Perbedaan karakter ini pula yang menyebabkan kita kerap berseberangan dalam berbagai hal. Perlu diingat, pertengkaran kerap muncul karena kesalahpahaman. Jika ditarik lebih dalam lagi, salah paham kerap terjadi karena cara berpikir dan sudut pandang yang berbeda.

Contoh kecil: me time, bagi seorang pria adalah sendiri melakukan apa yang menjadi kegemarannya. Utak atik motor, membaca, atau sekedar bermain game di PC/ponsel. Sedangkan bagi wanita, menghabiskan waktu bersama pasangan adalah hal yang sangat dinanti. Walau itu hanya sekedar beres-beres rumah, menyiram tanaman atau nonton televisi.

Nah, kehadiran wanita dalam me time pria kerap dianggap sebagai gangguan. Sayangnya, respon yang diberikan pria terhadap wanita selalu ‘dianggap’ menyakitkan hati. Mulai dari ucapan yang menyakiti wanita, gesture yang menunjukkan ketidaksukaan kerap dilakukan pria. Pertengkaran pun biasanya tak terelakkan.

Lalu dimana letak pertengkaran itu membuat bahagia?


Kembali ke awal, jika persepsi pernikahan itu dibangun dengan menyatukan dua hati yang berbeda karakter, tentu kita akan berusaha memahami karakter pasangan. Sudah menjadi hukum alam, dua hal yang berbeda kerap menimbulkan gesekan.

Ketika memahami pertengkaran disebabkan karena perbedaan yang berujung pada ketidaknyamanan hati, tentu kita akan berusaha untuk meminimalisirnya. Pertengkaran, menjadi momentum kita untuk memahami perbedaan itu.

Dengan bertengkar, kita mengetahui apa yang menjadi sumber perbedaan.
Dengan bertengkar, kita lebih memahami faktor like or dislike pasangan.
Dengan bertengkar, kita belajar apa saja yang merangsang emosi.
Dan..... dengan bertengkar, membuat kita semakin bahagia. Karena ada banyak hal yang membuat kita lebih memahami pasangan. Ketika kita semakin memahami pasangan kita, maka rasa cinta dan sayang akan terus tumbuh seiring berjalannya biduk rumah tangga yang dikayuh. Bukankah itu suatu kebahagiaan yang luar biasa?

Jadi, sudah bertengkar hari ini? Eh.... maksudnya sudah bahagia hari ini?

Sahabatmu
Rahmad Al Abror

Posting Komentar

0 Komentar